Tanpa Sahur dan Niat, Bolehkah Puasa?
SumselMedia.Com, Jakarta-
Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita melaksanakan kewajiban puasa selama 30 hari di bulan Ramadan. Agar puasa seseorang diterima, ada yang namanya rukun puasa.
Dalam rukun puasa, niat menjadi salah satunya. Sementara sahur merupakan hal yang dianjurkan ketika berpuasa namun bukan sesuatu yang wajib.
Menurut Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab Jilid 2, terdapat hadits riwayat Al-Bukhari tentang keberkahan pada makan sahur meskipun tidak diwajibkan, Nabi SAW bersabda:
“Bersahurlah kalian, karena di dalam sahur itu terdapat barokah,”
Lantas bagaimana puasa seseorang apabila ia tidak sahur dan niat? Masihkah tergolong sah?
Bolehkah Puasa Tanpa Sahur dan Niat?
Mengutip dari buku Bekal Ramadhan dan Idul Fithri 2: Niat dan Imsak yang disusun oleh Saiyid Mahadhir Lc MA, kata sahur menunjuk pada waktu sebelum Subuh yang berkisar mulai dari sepertiga malam akhir hingga menjelang Subuh. Selain dapat mendatangkan berkah, sahur juga membuat badan lebih kuat dalam menjalankan ibadah puasa hingga azan Maghrib tiba.
Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat antara para ulama, mengacu pada buku Fikih Empat Madzhab Jilid 2, berikut pemaparannya.
1. Madzhab Syafi’i
Menurut madzhab Syafi’i, niat termasuk ke dalam rukun puasa bukan sekedar syarat sah atau syarat wajib saja. Lain halnya dengan sahur yang bukan rukun ataupun syarat sah puasa.
Niat puasa harus diperbaharui menurut madzhab Syafi’i, setiap hari saat puasa. Selain itu, niat juga harus diinapkan yang artinya dilakukan pada malam hari sebelum tiba waktu fajar.
Dalam kaitannya, niat puasa menurut madzhab ini tidak dapat terwakilkan dengan hanya memakan sesuatu di waktu sahur saja, pada puasa apapun, kecuali jika saat makan itu terlintas di dalam pikirannya akan berpuasa di esok hari dan meniatkannya dengan niat puasa.
Ketika waktunya sudah mendesak dan mendekati waktu menyingsingnya fajar, yaitu imsak atau Subuh, sementara ia belum memakan sahurnya, maka makan sahurnya dianggap sebagai niat puasa.
2. Madzhab Hanafi
Dalam madzhab Hanafi, niat puasa Ramadan adalah syarat sah puasa, sedangkan sahur tidak termasuk ke dalam syarat sah. Karenanya, menurut madzhab ini tidak sah hukumnya puasa yang dilakukan tanpa niat.
Niat puasa menurut madzhab Hanafi dianggap cukup apabila seseorang telah menanamkan di dalam hati bahwa ia akan berpuasa. Namun disunnahkan baginya untuk melafalkan niat tersebut.
Menurut madzhab Hanafi, niat puasa Ramadan harus terus dilakukan setiap hari, namun niat tersebut sudah terwakilkan apabila seseorang melakukan makan sahur, kecuali jika orang itu saat makan pada waktu sahur berniat bukan untuk berpuasa.
3. Madzhab Maliki
Menurut pendapat yang diunggulkan dalam madzhab Maliki, niat bukanlah termasuk rukun puasa, melainkan masuk syarat sahnya. Dengan kata lain, menurut madzhab Maliki, tidak sah puasa tanpa berniat, baik itu puasa wajib maupun puasa sunnah. Sementara sahur tidak masuk syarat sah puasa.
Waktu untuk berniat puasa menurut madzhab Maliki terbentang sejak terbenamnya Matahari hingga fajar menyingsing. Apabila seseorang berniat di bagian akhir sekali, seperti satu detik sebelum waktu Subuh, niatnya masih dianggap sah.
Madzhab Maliki menilai, niat puasa cukup terwakilkan dengan niat secara hukum, yaitu dengan makan sahur, meskipun tidak terlintas sama sekali niat berpuasa di benaknya ketika makan sahur, karena tentu saja dapat dipastikan apabila seseorang sudah memakan sahur makan berarti berniat untuk berpuasa.
4. Madzhab Hambali
Dalam madzhab Hambali, niat puasa menjadi syarat sah puasa di samping bersih dari darah haid dan nifas. Sementara sahur tidak termasuk ke dalam syarat sah puasa.
Waktu berniat puasa boleh dilakukan kapan saja sejak terbenamnya matahari hingga fajar menyingsing untuk puasa wajib, sementara untuk puasa sunnah maka niatnya boleh dilakukan meskipun sudah lewat tengah hari, asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan atau minum sebelum dia berniat.
Demikian pembahasan mengenai hukum puasa tanpa sahur dan niat. Semoga bermanfaat.