PGRI

............

Sumsel

TPKJM Untuk Mengkoordinasikan Semua Kegiatan, Ini Hal Yang Disampaikan Terkait Kegiatan Rakor Ini

SumselMedia.Com, Palembang-

Staf Ahli Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Sumsel Drs Nelson Firdaus, M.M yang mewakili daripada Penjabat Gubernur provinsi Sumsel Dr Drs Agus Fathoni, M.SI membuka secara langsung kegiatan rapat koordinasi (rakor) pembentukan Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) di provinsi Sumsel yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumsel, Kamis (2/11/2023).

Turut hadir di dalam acara rakor TPKJM yakni Kepala Dinkes Provinsi Sumsel dr H Trisnawarman, M.Kes.,Sp.KKLP, Kepala Bidang P2P Dinkes Provinsi Sumsel H Ferry Yanuar, perwakilan Kepolisian Daerah Sumsel, para perwakilan OPD atau yang mewakili, perwakilan Korem 44 Garuda Dempo, perwakilan kepala kantor wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sumsel, perwakilan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) provinsi Sumsel .

Di dalam Rakor TPKJM ini sendiri sebagai narasumber yakni Kabid P2P Dinkes Provinsi Sumsel H Ferry Yanuar, M.Kes, Kepala UPTD PSRGPODGJ Dinas Sosial Provinsi Sumsel Andi Faisal Zaitami, Asisten Deputi Jaminan Pelayanan Kesehatan Ke deputian Wilayah III BPJS Kesehatan kota Palembang Dr Evi Retno Nurlianti, Ketua Tim , dan kegiatan rakor TPKJM ini sendiri dipusatkan di ruang meeting Swarna Dwipa Hotel Palembang.

Dikatakan Staf Ahli Gubernur Sumsel bidang Kemasyarakatan dan SDM Setda Provinsi Sumsel Drs Nelson Firdaus, M.M, di mana pada hari ini saya menghadiri kegiatan Rakor TPKJM tingkat provinsi Sumsel tahun 2023, dimana kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari kesehatan dan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.

Studi bank dunia (world bank) pada tahun 2021 di beberapa negara, menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau dissability adjusted life years (dalys) sebesar 8,1 persen dari “Global burden of disease”.

“Disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa, angka ini lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan oleh penyakit tuberculosis (7,2 persen), kanker (5,8 persen), penyakit jantung (4,4 persen), maupun malaria (2,6 persen),” ujarnya.

Kemudian, masalah kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas serta saling berhubungan satu dengan lainnya. Apabila kita mengangkat data hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan pada tahun 2018.

Di mana menunjukkan bahwa gangguan mental remaja dan dewasa terdapat 140 per 1000 anggota rumah tangga, gangguan mental anak usia sekolah terdapat 104 per 1000 anggota rumah tangga, di mana dalam kurun waktu 6 tahun terakhir ini.

“Di mana data tersebut dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak-gejolak lainnya di seluruh daerah, bahkan masalah dunia Internasional pun akan ikut memicu terjadinya peningkatan dimaksud,” ungkapnya.

Dilanjutkannya, masalah kesehatan jiwa di masyarakat bukan hanya meliputi permasalahan yang jelas sudah terganggu jiwanya, tetapi juga berbagai problem psikososial, bahkan berkaitan dengan kualitas hidup dan keharmonisan hidup.

Mengingat makin kompleksnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat, maka diperlukan pendekatan dan pemecahan masalah dengan persiapan dan langkah-langkah yang tepat. Pendekatan yang bersifat Multidisipliner dengan pelaksanaan yang bersifat lintas sektor.

“Guna melaksanakan program kerja sama dalam pembinaan kesehatan masyarakat di Indonesia dengan lebih mudah dan baik. Kita berharap Surat keputusan (SK) Gubernur mengenai TPKJM dapat diimplementasikan sesuai tugas masing-masing,” katanya.

Menurut Kepala Dinkes Provinsi Sumsel dr H Trisnawarman, M.Kes.,Sp.KKLP, di mana tujuan dari TPKJM ini banyak, masing-masing kita ada tugas, salah satunya adalah untuk menjaga jiwa masyarakat mulai dari anak-anak sampai ke dewasa. Di mana kita masing-masing ini ada fungsi masing-masing, makanya kita bentuk TPKJM ini, karena untuk mengkoordinasikan semua kegiatan.

Kalau kesehatan ada tugasnya, kalau polisi ada tugasnya, kalau BNN ada tugasnya jadi untuk mencakup itu, termasuk pendidikan, dinas-dinas, rumah sakit Elnardi Bahar, masing-masing itu fungsi dan tugas, jadi bukan hanya di Dinkes tetapi semua seluruh instansi terkait. Karena kan kalau orang gila, orang yang obat, karena bisa terkena gangguan jiwa juga, yang narkoba, dan sebagainya itu pengaruhnya, dan juga terkait dengan dampak sosialnya.

“Jadi semua harus komplit, semua tujuannya harus ada penanganan, dan harus ada memang suatu wadah untuk menangani di dalam koordinasi seperti penanganan-penanganan stunting dan lain sebagai, memang ini kesehatan, tapi ini mencakup untuk semua,” ucapnya.

Masih dilanjutkannya, TPKJM di kabupaten/kota ini akan kita bentuk, dan ini merupakan yang pertama, sedangkan untuk anggotanya sendiri sekitar 20 anggota lebih, di mana dia ada kepala-kepalanya, sedangkan dari masing-masing dinas akan membentuk petugasnya sendiri.

Di mana yang melatarbelakangi TPKJM mungkin karena kasus kita antisipasi peningkatan kasus kejiwaan, orang-orang modern ini kan kebanyakan ada masalah dampak sosial, ada gangguan kejiwaan, ada masalah narkoba, dan juga masalah lainnya.
“Tentunya masyarakat ini kan kita tidak tahu latar belakangnya dari dampak sosial, untuk sumber daya manusianya sendiri untuk penanganannya sendiri ada, misalnya di Rumah Sakit Elnardi Bahar mereka ada tim khusus, kalau kita di Dinas ada tim dari dinas, dan insya Allah cukup mereka saat ini dalam keadaan baik,” imbuhnya.

Masih disampaikannya, himbauan harus CERIA, kita istilahnya jaga kesehatan jiwa, karena jiwa itu adalah masalah yang betul-betul bukan hanya fisik saja, sakit jiwa juga memang mempengaruhi semua kehidupan, otomatis tidak produktif, tidak sehat, dan juga intinya adalah membebani keluarga.

Kalau sudah terkena gangguan jiwa, memang betul-betul harus ada penanganan khusus, baik di rumah sakit maupun dengan keluarga, jangan ada stigma-stigma akan membiarkan mereka begitu. Sedangkan untuk sumber daya manusia (SDM) ada masing-masing, di rumah sakit sudah ada, dan puskesmas pun juga dilatih.

“Dan ada tempat-tempat penanganan-penanganan untuk konsultasi jiwa, psikolog, dan lain sebagainya. Harapan kita masyarakat jagalah kesehatan jiwa dengan pola hidup sehat, pikiran yang sehat, dan juga jangan neko-neko istilahnya, jangan banyak sekali kemauan, tetapi sesuai kan dengan kemampuan kita,” bebernya.

Back to top button