Gelar Bedah Buku Aldera, Unsri Hadirkan Penulis Buku Sekaligus Anggota BPK RI
SumselMedia.Com, Palembang-
Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar bedah buku berjudul Aldera. Potret gerakan politik kaum muda pada masa 1993–1999. Bedah buku ini menghadirkan salah satu pelaku sejarah gerakan politik kaum muda yang kala itu sebagai Sekjend Aliansi demokrasi rakyat atau Alder, Pius Lustrilanang.
Bedah buku berjudul Aldera, Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 yang mengangkat tema tanggung jawab moral, Pius Lustrilanang ini digelar di Aula Graha Sriwijaya, Kamis (26/1/2022).
Kegiatan yang bersamaan dengan Kuliah Umum Fakultas Hukum Unsri ini langsung menghadirkan Pius Lustrilanang yang saat ini sebagai Anggota VI BPK RI.
Buku Aldera ditulis oleh Teddy Wibisana, Nanang Pujalaksana, dan Rahadi T. Wiratama setebal 308 halaman itu dibedah oleh 3 narasumber yakni Rektor Unsri Prof. Dr. H. Anis Saggaf, MSCE, IPU, ASEAN, ENG, Dekan Fakultas Hukum Unsri Dr. Mada Apriandi, SH, MCL dan Profesor dari Fakultas Ekonomi yakni Prof. Dr. Bernadetter Robbani, M.Sc.
Pada kesempatan tersebut Rektor Unsri Prof. Dr. H. Anis Saggaf, MSCE, IPU, ASEAN, ENG menyampaikan bahwa kegiatan ini memang sengaja mengundang Pius Lustrilanang dalam rangka kegiatan Kuliah Umum di Unsri.
“Selain itu adalah bagaimana membedah buku yang ditulis oleh beliau (Pius Lustrilanang-red) yang kini semakin dicintai oleh masyarakat,” ujarnya.
Anis berharap melalui momen ini diharapkan mampu menyerap ilmu dan pengalaman dari seorang aktivis Pius Lustrilanang yang dengan segudang pengalaman.
Sementara itu acara tersebut dibuka oleh, Wagub Sumsel Ir Mawardi Yahya. Menurutnya, pihaknya mengapresiasi kegiatan kuliah umum dengan mendatangkan seorang Pius Lustrilanang. “Kami berharap Unsri terus melahirkan para generasi muda yang membanggakan Sumsel,” harapnya.
Untuk diketahui, buku Aldera bercerita tentang tempaan bagi pemuda yang hidup pada rentang waktu 1993 sampai 1998 untuk berani bicara dan membangun kritik terhadap sebuah rezim kuat seperti masa pemerintahan Soeharto atau lazim disebut orde baru .
Nama Pius sempat populer pada akhir tahun 90an. Ketika dia melapor ke Komnas HAM tentang penculikan dan penyekapan yang dialaminya selama dua bulan yang dilakukan oleh orang orang tidak dikenal. Hal itu kemudian Pius Lustrilanang ceritakan dalam buku Aldera, khususnya pada halaman 13 yang tertulis kalau tiga bulan menjelang kejatuhan Soeharto, Aldera mendapatkan berita mengejutkan, Sekjend Aldera, Pius Lustrilanang diculik di pintu keluar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Senin 2 Februari 1998.
Bedah buku Aldera turut dihadiri sejumlah pihak yakni beberapa kepala daerah di Sulsel, forum dosen, forum rektor, forum pimred, aktivis mahasiswa pemuda dan juga NGO.