Gelar Wisuda, Rektor UIN Rafah Soroti Transformasi Zaman yang Perlu Diimbangi
SumselMedia.Com, Palembang-
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) bergengsi di Indonesia, kembali menggelar wisuda angkatan ke-84 tahun 2023.
Digelar di Gedung Akademik Center UIN Raden Fatah Palembang, wisuda pertama di tahun 2023 ini diikuti 1.200 wisudawan terdiri dari S1 berjumlah 1168, S2 berjumlah 24, dan S3 berjumlah 8 wisudawan-wisudawati, Sabtu (18/3/2023).
Secara rinci terdiri dari 180 oramg Fakultas Syariah, 416 Tarbiyah, 73 Usuludin, 60 Adab, 138 Dakwah, 153 FEBi, 63 FISIP, 63 Saintek, 44 Psikologi, Pascasarjana 10 orang.
Pada kesempatan tersebut, Rektor UIN Raden Fatah Palembang, Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si mengatakan bahwa tema wisuda kali ini adalah sarjana unggul untuk membangun peradaban Indonesia.
Tema tersebut juga merefleksikan tekad dan keinginan kita bersama untuk menjadikan para alumni UIN Raden Fatah Palembang menjadi sumber inspirasi dalam pembangunan masyarakat dan bangsa Indonesia yang terus maju, dengan tingkat peradaban yang tinggi.
“Saat ini, kita berada di era revolusi industri 4.0 dan era perkembangan masyarakat 5.0. Waktu begitu cepat dan perkembangan zaman begitu pesat mengalami perubahan. Pesatnya perkembangan IPTEK begitu nyata kita rasakan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menjadi bukti dari transformasi zaman. Sudah seharusnya kita mampu mengimbangi, menyesuaikan diri, dan berdaya saing terhadap realita tersebut. Itu semua menjadi sebuah tantangan bagi seluruh anak bangsa khususnya para akademisi atau Sarjanawan muslim sebagai kaum yang terdidik,” ujarnya.
Alhasil lanjut Rektor, dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah tatanan kehidupan, baik bernilai positif maupun negatif. Dampak positif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu memberikan kemudahan dan meringankan beban pekerjaan bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai karya inovasi seperti sarana transportasi, sarana komunikasi, dan lain sebagainya.
Seluruh akses kehidupan manusia hari ini sudah tersistem dengan digitalisasi atau komputerisasi. Misalnya, adanya transportasi online, belanja online, komunikasi secara langsung di dunia maya melalui berbagai aplikasi dan media sosial seperti Whatsapp, Telegram, Youtube, Zoom meeting, dan media lainnya.
“Selanjutnya, kilaunya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak selamanya memberikan faedah dan hikmah. Pesatnya perkembangan teknologi juga memberikan berbagai dampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan manusia seperti agama, pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sebagai akibat dari penyalahgunaannya,” jelasnya.
Untuk itu, pada aspek agama, penyalahgunaan teknologi menjauhkan manusia dari nilai-nilai agama melalui berbagai media. Penyalahgunaan media sosial telah mengikis akhlak manusia, baik golongan anak-anak hingga dewasa. Tidak sedikit aksi pornografi disebarluaskan melalui media sosial seperti Tik Tok, Youtube, dan lain sebagainya.
Media sosial disalahgunakan sebagai media untuk menebar hoax, ujaran kebencian, yang menimbulkan perpecahan. Ketersediaan media sosial berdampak terhadap psikologis manusia yang semakin praktis, instan, dan termanjakan.
Perkembangan teknologi yang pesat telah merubah arah berfikir manusia yang materialis dan sekular. Teknologi dijadikan sebagai sumber kehidupan yang menggiurkan sehingga prinsip hidup manusia tersungkur ke dalam lubang sekular-liberal. Tidak sedikit produk teknologi digunakan sebagai alat untuk merenggut kekuasaan dan ekonomi dunia dengan tindak kekerasan dan kedzaliman. Misalnya, penggunaan teknologi sebagai alat peperangan dan penjajahan melalui penindasan dan kekerasan. Pada titik ini, ilmu pengetahuan dan teknologi lepas dari bingkai nilainilai agama.
Akibat gemerlap kemajuan teknologi, banyak juga yang lupa dengan nilai-nilai kearifan. Nilai-nilai budaya seperti kebersamaan, kepedulian, tenggang rasa, gotong royong, dan kesederhanaan perlahan terkupas dan tergantikan dengan budaya materialistis dan pragmatis. Pola hidup mewah kian menjangkit di kehidupan sosial kita saat ini. Kesenjangan sosial juga semakin terasa hingga saat ini.
Tak hanya itu, realita di era globalisasi ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan nyata bagi kita semua khususnya para alumni UIN Raden Fatah Palembang. Di samping memiliki gelar akademik, para alumni harus mampu mengoperasikan teknologi. Sebagai kaum akademisi yang lahir dari perguruan tinggi Islam tentu harus mampu beradaptasi dengan perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mampu berkompetisi di level nasional maupun global. Hanya dengan semangat berkompetisi sebagai sebuah upaya untuk menjadi insan akademis yang unggul dan kompetitif di era ini.
“Oleh karena itu, kami berpesan pertama , untuk mengoptimalkan kecerdasan intelektual. Sebagai alumni PTKI tidak hanya konsen di bidang keagamaan. Para alumni mesti memiliki kemampuan intelektual yang multidisipliner, tidak monodisipliner dengan memperkaya khazanah keilmuan di dunia nyata,” harapnya.
Untuk itu, sebagai alumni dari alamamater Perguruan Tinggi Islam harus memiliki paradigma integratif yang menjadikan Islam sebagai agama yang tidak hanya berkaitan dengan teologis, religiusitas, dan spiritual saja, tetapi juga menjadikan Islam sebagai sumber pengetahuan dari berbagai aspek keilmuan. Alumni mesti menjadikan Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan sains, sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya agar menjadi sarjana muslim yang memiliki kompetensi selain pengetahuan keagamaan.
Dengan demikian, para alumni dapat menunjukkan keunggulan di hadapan dunia sebagaimana yang dilakukan oleh para cendikiawan muslim di masa kejayaan Islam, Daulah Abbasiyah, silam seperti Al-Kindi, Ibnu Rush, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan cendikiawan muslim lainnya.
Kedua, para alumni harus memiliki kreatifitas dan inovasi. Di zaman ini, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk dijadikan modal agar dapat berdaya saing, apalagi di kancah global. Para alumni harus terus meningkatkan kualitas diri dengan cara mengasah daya kreatifitas. Kemampuan inovasi sangat diperlukan untuk menciptakan sebuah karya yang bernilai guna sekaligus bernilai ekonomis. Para sarjana muslim hari ini dituntut untuk bisa berkarya dan berwirausaha ketika sudah terjun di dunia nyata. Realita ini juga yang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, melahirkan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).
Program ini digulirkan dalam rangka menghadapi tantangan global untuk mewujudkan para sarjana yang menguasai berbagai keilmuan dan keahlian (soft skill) yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kemampuan ini hanya dapat dibangun dengan niat dan usaha yang intens secara terus menerus oleh para alumni, di mana pun dan kapan pun agar menjadi Sumber Daya Manusia yang siap pakai di dunia kerja.
Ketiga, di samping memiliki kemampuan intelektual, kreatifitas, dan inovasi, sebagai sarjana muslim, para alumni harus menjadi marcusuar kearifan di tengah globalisasi. Para alumni harus senantiasa menginterasikan nilai-nilai keislaman dan kearifan budaya di setiap aspek-aspek kehidupan. Para alumni harus menjadi problem solver di tengah masyarakat dengan menjadikan nilai-nilai keislaman dan kearifan budaya sebagai bingkai kehidupan untuk membendung arus sekularisasi dan liberalisasi yang dibawa oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh ilmuan terkemuka, Albert Einstein, “Ilmu tanpa agama akan buta, agama tanpa ilmu akan lumpuh”. Integrasi ini juga sebagai sebuah upaya untuk membangun peradaban Indonesia dan melahirkan Cendikiawan muslim yang multiple intelligences dan berintegritas. Sarjanawan muslim yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual (intellectual intelligence) dan kreatifitas (soft skill), tetapi juga memiliki kecerdasan emosional (emotional intelligence) dan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence),” pungkasnya.