Cegah dan Kendalikan Penyakit Ngorok pada Hewan Ternak, FMB Gelar FGD
SumselMedia.Com, Palembang-
Guna mencegah dan mengendalikan penyakit ngorok pada hewan ternak, Forum Masyarakat Berdaya bekerjasama dengan Forum Peduli Peternakan menggelar Focus Group Discussion (FGD) Hotel Amaris Ballroom, Selasa (28/5/2024).
Kegiatan ini sendiri dihadiri oleh Ki Edi Susilo selaku Founder FMB, Keynote Speaker: H Derga Karenza, S.P., M.M, Deva Oktavianus Coriza, S.E., M.Si selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Sumsel, Dr. Ahmad Lufhfi, S.H., M.H. Kanit Intelkam Polda Sumsel, Dr. drh. Jafrizal, M.M selaku Ketua PDHI Sumsel serta tamu undangan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel Ir Ruzuan Efendi, M.M mengatakan tema yang mereka ambil adalah Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Ngorok (Septicaemia Epizootica) pada hewan ternak kerbau, Sapi dan Kambing di Sumsel.
“Penyakit ngorok (Septicaemia Epizootica) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella Multocida. Biasanya menyerang hewan ternak utamanya sapi dan kerbau dan hewan lainnya seperti babi, kambing, domba, onta dan kuda,” ujarnya.
Kemudian, gejala khas adalah suara ngorok atau mendengkur bengkak di daerah submandibula. Kerugian bagi peternak adalah kematian, penurunan berat badan dan penurunan produktivitas dan potong paksa. Laporan penyakit ngorok (SE) ada di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kabupaten Ogan Ilir (OI), Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Empat Lawang dan kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).
“Upaya pengendalian adalah dengan bio security yakni isolasi, pengaturan lalu lintas dan sanitasi. Kemudian vaksinasi, KIE (mengenali gejala klinis secara cepat dan tepat, pengobatan pada awal gejala muncul dan pemeliharaan dengan memperhatikan kualitas pakan dan kesehatan hewan,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, upaya pengendalian adalah dengan menetapkan pejabat otoritas veteriner (POV) tingkat provinsi dan kabupaten kota. Kemudian mengeluarkan surat edaran pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan. Selanjutnya mengoptimalkan pendampingan petugas teknis peningkatan produksi peternak serta distribusi obat-obatan multivitamin desinfektan dan logistik.
“Adapun upaya pengendalian juga dilakukan dengan vaksinasi pada hewan sehat yakni distribusi vaksin SE 9.800 dosis, realisasi vaksin SE (iSIKHNAS) 6.747 dosis. Dan pelaksanaan pengobatan kuratif dan suportif, serta pelaksanaan dekontaminasi dan desinfeksi wilayah sekitar kandang,” katanya.
Masih dilanjutkannya, selanjutnya bekerjasama dengan disposal hewan mati menggunakan alat berat atau excavator. Pengetahuan lalu lintas oleh POV untuk keluar masuknya hewan atau produk hewan atau media pembawa penyakit hewan dengan prinsip manajemen risiko. Serta kolaborasi antar stakeholder perangkat desa kelompok ternak untuk akses sumber pendanaan daerah.
“Banyak faktor yang sebabkan kerbau rawa yang belum lama ini banyak yang mati di OKI tersebut. Salahsatunya itu terkait kebiasaan lepas liar hewan ternak ini oleh masyarakat. Dengan kata lain, hal tadi menyebabkan hewan ternak tersebut akan sangat rentan terkena penyakit,” ucapnya.
Menurut Keynote Speaker: H. Derga Karenza, S.P., M.M, bahwa penyakit ngorok, atau Septicaemia Epizootica, adalah penyakit bakterial menular yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada hewan ternak seperti kerbau, sapi, dan kambing. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang menyebar dengan cepat melalui kontak langsung atau udara.
“Kasus terbaru pada tanggal 15 april 2024 kemarin di Kab. Ogan Komering Ilir – Puluhan ekor kerbau mati mendadak di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam dan Desa Tanjung Batu, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI. Puluhan Hewan ternak diduga mati terserang penyakit septicaemia epizootica atau ngorok,” imbuhnya.
Masih disampaikannya, pada acara ini sendiri saya ingin menekankan bahwa pencegahan dan penanganan penyakit ngorok memerlukan kerjasama yang erat antara pemerintah, peternak, dan tenaga kesehatan hewan. Implementasi program asuransi ternak dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi dampak ekonomi dari penyakit ini.
“Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, penanganan yang cepat, dan dukungan dari program asuransi, kita dapat menjaga kesehatan serta produktivitas hewan ternak di Provinsi Sumsel,” bebernya.