PGRI

............

Pendidikan

Gelar Wisuda ke-90, Rektor UIN Raden Fatah Beri 14 Pesan Penting

SumselMedia.Com, Palembang-

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang sebagai salah satu Perguruan Tinggi bergengsi di Palembang kembali menggelar wisuda di Gedung Academic Center, Sabtu (28/9/2024).

Wisuda ke-90 tersebut dihadiri langsung oleh Unsur Pemerintah Provinsi Sumsel, para Stakeholder, Pejabat dilingkungan UIN Raden Fatah Palembang, para wisudawan dan wisudawati serta para tamu undangan.

Pada kesempatan tersebut Rektor UIN Raden Fatah Palembang Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si memberikan 14 pesan penting bagi para wisudawan dan wisudawati yang telah menyandang gelar baru.

Pertama, pihaknya mengucapkan selamat kepada 1198 wisudawan dan wisudawati UIN Raden Fatah Palembang yang ke-90. Mulai dari S1 berjumlah 1158, S2 berjumlah 34 dan S3 berjumlah 6 wisudawan/wisudawati.

Para wisudawan/wisudawati telah berhasil menyelesaikan studi dari Fakultas Syariah dan Hukum berjumlah
168 orang terdiri dari S1 166 orang dan S2 sebanyak 2 orang. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan berjumlah 415 orang, terdiri dari S1 398 orang dan S2 17 orang. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam berjumlah 83 orang, terdiri dari S1 berjumlah 79 orang dan S2 4 orang.

Fakultas Adab dan Humaniora berjumlah 65 orang, terdiri dari S1 berjumlah 63 orang dan S2 berjumlah 2 orang. Fakultas Dakwah dan Komunikasi berjumlah 149 orang (S1). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam berjumlah 161 orang terdiri dari S1 berjumlah 154 orang dan S2 berjumlah 7 orang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi berjumlah 35 orang (S1). Fakultas Sains dan Teknologi berjumlah 42 orang (S1). Fakultas Psikologi berjumlah 72 orang (S1). Pascasarjana program Magister berjumlah 2 orang dan program Doktor (S3) berjumlah 6 orang.

Dengan mengusung tema “Peran alumni sebagai problem solver ditengah isu-isu sosial”. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan juga menjadi negara dengan penduduk terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Akhir-akhir ini banyak menyaksikan berbagai problematika sosial yang terjadi dilingkungan sekitar kita yakni:
pertama, kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS ) mencatat persentase kemiskinan di Indonesia pada tahun
2024 masih tergolong tinggi yakni sebesar 9.03% dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar
25,22 juta orang.

“Besarnya jumlah penduduk miskin ini menjadi bukti bahwa negara indonesia berada pada garis kemiskinan yang cukup tinggi. Kemiskinan ini akan memberikan dampak yang kurang bermanfaat bagi Kita semua, sebab kemiskinan bukan hanya mengancam jasmani kita tetapi juga menjadi beban bagi negara kita Indonesia,” ujarnya.

Kedua, perilaku korupsi, Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia tahun 2024 sebesar 3,85 pada skala 0 sampai 5. Semakin tinggi Pendidikan, masyarakat cenderung semakin antikorupsi. Pada 2024, IPAK masyarakat berpendidikan di bawah SLTA sebesar 3,81; SLTA sebesar 3,87; dan di atas SLTA sebesar 3,97. Korupsi merupakan penyakit sosial yang menyebabkan dampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Pada bidang ekonomi, kesehatan, pembangunan, hingga pada aspek budaya, korupsi meninggalkan jejak yang mengganggu, merugikan, bahkan mengancam keberlangsungan masyarakat.

Ketiga, tingginya angka pengangguran Jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta jiwa (BPS
2024). Faktor penyebab tingginya pengangguran di indonesia adalah kekalahan SDM (Sumber Daya
Manusia) Indonesia untuk berkompetisi dengan tenaga kerja dari negara lain. Keadaan ini dapat memicu negara dalam jumlah pendudukan yang tidak produktif dan juga tentu merugikan bagi negara kita Indonesia.

Keempat, konflik sosial antar kelompok. Sebagaimana masyarakat indonesia adalah masyarakat multikultural. Indonesia tentu rentan mengalami konflik antar suku. Hal ini dibuktikan dengan berbagai konflik antar suku yang pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia seperti konflik antar suku aceh dan jawa (1977, 1989, 1999), konflik suku dayak dan madura yang dikenal dengan konflik sampit (2001), konflik suku lampung dan bali (2012), juga konflik di wamena (papua) tahun 2023.

Kelima, kenakalan remaja. Kenakalan remaja menjadi salah satu masalah sosial yang sering terjadi di Indonesia, masalah ini berakibat pada rusaknya mental remaja dalam menghadapi perkembangan perubahan sosial yang tinggi. Generasi muda yang rusak, tentu dapat menjadi ancaman yang berarti bagi Indonesia.

“Data United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2016 menunjukkan bahwa kenakalan pada remaja di
Indonesia mencapai 50%. Data tersebut menggambarkan bahwa kenakalan yang dilakukan oleh remaja di Indonesia masih berada pada persentase yang tinggi,” tambahnya.

Keenam, narkoba. Penyalahgunaan obat-obat terlarang menjadi permasalahan yang krusial yang banyak terjadi di Indonesia. Ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan mengarah pada generasi muda, bahkan sudah memasuki kalangan civitas akademika, yakni mahasiswa (BNN, 2012). Berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2009, diperoleh data bahwa rata-rata usia pertama kali menyalahgunakan narkoba pada usia yang sangat muda, yakni usia 12-15 tahun.

Angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa untuk pernah pakai sebesar 7,5% dan
mahasiswa untuk setahun pakai sebesar 4,7% (BNN, 2012). Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba, tidak hanya berdampak terhadap diri sendiri namun juga bagi orang-orang disekitar. Seperti fungsi otak dan perkembangan terganggu, mengalami gangguan kesehatan atau gangguan fisik, gangguan perilaku, kehidupan keluarga tidak berfungsi normal, serta munculnya kerusakan sosial.

Ketujuh, perilaku konsumtif. Bentuk masalah sosial lain yang kita hadapi saat ini yaitu prilaku masyarakat yang konsumtif. Perilaku konsumtif yang sering terjadi saat ini seperti pemborosan, impulsive buying, trend
follower, dan konsumsi barang berlebihan. Hal ini tentu dapat menyebab perekonomian Indonesia bergantung
pada perekonomian negara lain.

Kedelapan disorganisasi keluarga. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2024) jumlah perceraian di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 463.654 kasus. Tingginya angka perceraian tersebut dapat menyebabkan keturunan menjadi keturunan yang broken home dan tentu juga mempengaruhi kesehatan baik
kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Kesembilan modernisasi. Masalah sosial yang sulit diatasi hari ini yaitu transisi masyarakat dari tradisional ke modernisasi. Masyarakat Indonesia ceNderung menggunakan cara-cara yang tradisional sedangkan cara ini sudah mulai ditinggalkan dan bahkan di lupakan oleh negara maju.

Sepuluh rasisme. Rasisme yang ada di masyarakat tentu saja menjadi salah satu permasalahan sosial yang harus kita hindari. Sebagai contoh pengeroyokan pada mahasiswa di Papua di Surabaya yang mengakibatkan marahnya masyarakat Papua dengan melakukan pengerusakan dan hendak memisahkan diri dari negara Indonesia.

Sebelas, globalisasi. Masalah sosial lainnya yang muncul dari globalisasi yakni penyalahgunaan teknologi.
Penggunakan teknologi bukan dimanfaatkan sebagai media untuk mengupgrade ilmu pengetahuan,
meningkatkan penghasilan keluarga tetapi hanya berorientasi pada kegemaran semata.

Dua belas, komentar hate di media social. Akhir-akhir ini masalah sosial yang terjadi di Indonesia ialah banyaknya hate speech di media sosial yang dilakukan oleh individu dan kelompok untuk menyerang orang lain secara membabi buta tanpa lagi melakukan kaidah kesopanan dan keharmonisan. Misalnya, kita melihat
tindakan korupsi, kekerasan seksual terhadap anak, bullying yang dilakukan oleh seseorang, tetapi di media
sosial banyak masyarakat yang justru menyerang anggota keluarganya bukan kepada pelakunya.

Tiga belas kekerasan seksual. Kasus terhadap kekerasan seksual tentu berkaitan erat dengan pemerkosaan,
pelecehan seksual atau kasus lainnya yang seringkali bahkan menimpa anak-anak hingga remaja.

Empat belas, money politik pemilu. Masalah sosial yang juga menjadi bagian dari pada fenomena perpolitikan ditengah masyarakat Indonesia saat ini yakni money politik atau yang kita kenal dengan politik uang. Sebentar lagi kita akan melaksanakan pilkada serentak tahun 2024 untuk memilih gubernur, walikota dan bupati. Sebagai sarjanawan muslim tentu kita harus menyadari bahwa politik uang tersebut tidaklah mendidik tetapi justru dapat merugikan negara Indonesia yang dicintai ini.

“Terakhir, saya ucapkan selamat kepada bapak/Ibu alumni yang hari ini diwisuda. Saya percaya bahwa capaian akademik yang saudara raih ini tentunya merupakan hasil dari jerih payah, ketekunan dan keuletan Saudara, serta dukungan moral dan doa dari keluarga. Semoga para alumni dapat mengemban amanah ilmu yang selama ini sudah ditimba di bangku perkuliahan dan dapat mengaplikasikannya di tengah masyarakat serta senantiasa mengupgrade kecerdasan intelektual, kreatifitas (soft skill), dan kecerdasan spiritual agar dapat berdaya saing di
tengah arus globalisasi,” pungkasnya.

Back to top button