Pusat Kajian Sriwijaya UPGRIP Telusuri Kekayaan Sejarah Besemah Akar Kejayaan Kedatuan Sriwijaya

SumselMedia.Com, Palembang-
Pusat Kajian Sriwijaya Universitas PGRI Palembang bekerjasama dengan Mapasaba dan mahasiswa peminat sejarah dan budaya melakukan kajian sejarah Besemah yang menjadi akar kejayaan Kedatuan Sriwijaya selama berabad-abad. Kajian ini dilakukan dengan melakukan kajian teoritis dan kajian lapangan di kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat.
Ketua Pusat Kajian Sriwijaya UPGRIP Dr. Muhamad Idris, M.Pd. mengatakan Besemah atau Besemah Libar merupakan budaya dan politik yang sekarang meliputi daerah Kabupaten Ampat Lawang, Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, sebagian Provinsi Bengkulu, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten PALI, Kabupaten OKU Selatan, dan sebagian Provinsi Lampung. Ciri dari budaya Besemah adalah penggunaan bahasa Melayu Besemah.

“Kawasan Besemah Libar menyimpan kekayaan budaya dan sejarah yang kaya dan tinggi. Selama berabad-abad masyarakat Besemah menjaga, melestarikannya serta mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya sampai sekarang. Seperti Pahatan di batu cadas, arca megalitik, kubur batu, dolmen, menhir, tetralit, batu dakon tersebar di kawasan yang sangat luas di hutan, kebun, sawah, ladang, dan bahkan di halaman rumah penduduk,” ujarnya.
Ketua Pusat Kajian Sriwijaya Dr. Muhamad Idris, M.Pd juga menggandeng Mapasaba mahasiswa Universitas PGRI Palembang dan anggota masyarakat pencinta sejarah dari UIN Raden Fatah, dan Universitas IGM, melakukan studi lapangan pendokumentasian kekayaan sejarah tersebut.

Sementara itu, menurut Ketua Mapasaba Richard Saputra bahwa sebaran megalith di Kawasan Gumay, kota Pagaralam dan Jarai sangat kaya dan unik dengan ragam hias, yang menggambarkan pola migrasi bangsa-bangsa yang mendiami kawasan Besemah Libar. Pola penempatan arca yang berorientasi ke puncak gunung, bukit menggambarkan bahwa kepercayaan masyarakat pada masa itu meyakini bahwa roh-roh yang telah meninggalkan jasadnya akan mendiami dan bersemayam di puncak-puncak bukit dan gunung tinggi.
“Kegiatan ini juga melakukan pendataan dan pendokumentasian ragam hias ukiran dan pahatan rumah tradisional suku Besemah. Rumah adat suku Besemah memiliki beberapa varian antara lain ghumah Tataghan dan ghumah Gilapan,” terangnya
Menurut Richard Saputra dan Allendra peneliti Mapasaba status sosial pemilik rumah dalam masyarakat Besemah akan menentukan jenis kepemilikan rumah. Ghumah tataghan adalah rumah yang dihiasi ragam hias sedangkan ghumah gilapan tidak. Unikan ghumah tataghan adalah ragam hias bebulan berupa ukiran lingkaran konsetris yang sarat makna.

Anggota tim pendokumentasian ini: Julianti, Ratna, Jimmy, Arghani, Ridwan melakukan kegiatan pengukuran dan pemotretan lapangan di Pelang Kenidai kota Pagaralam. Hasil pemotretan lapangan mendokumentasikan beragam karya nenek moyang suku Besemah. Rumah suku Besemah yang unik dengan atap berbentuk pelana kuda berbentuk bujur sangkar dengan konstruksi tahan gempa. Jejak sisa konstruksi rumah tradisional ditemukan di beberapa kawasan di kota Pagaralam dan kabupaten Lahat ujar Richard Saputra, dan ia menyatakan perlunya upaya pelestarian dan pengedukasian masyarakat akan pentingnya pelestarian benda bernilai sejarah dan budaya Besemah. Kegiatan ini juga diminati oleh mahasiswa dan anggota masyarakat: Aji, Dio, Deka, Putra, Wisnu, Herlambang, Lesmana dan Notaris yang memiliki ketertarikan pada sejarah dan budaya Besemah.
Menurut Dr. Muhamad Idris, karya penelitian nanti akan diseminasikan pada seminar nasional, dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, buku ber-ISBN dan di HKI kan. Pola kemitraan perlu diteruskan agar kiprah dan karya pusat kajian secara pasti akan mendunia untuk menguatkan Palembang sebagai pusat Kedatuan Sriwijaya dan Universitas PGRI Palembang sebagai lembaga yang konsisten mendukung program strategis tersebut.