PGRI

............

Ekobis

Semangat Indonesia Itu Bernama Yeci: Ratu Catur Disabilitas dari Bumi Silampari, Menembus Dunia Lewat Jaringan Tanpa Batas

Dengan semangat, cinta keluarga, dan dukungan jaringan Telkomsel, Yeci membuktikan keterbatasan bukanlah penghalang

SumselMedia.Com, Lubuklinggau-

Sejak kakinya harus diamputasi akibat kecelakaan, Yeci Acsel menemukan kekuatan baru pada catur. Dari ruang tamu sederhana di Bumi Silampari, bidak-bidak kecil di layar gawai dan laptop ia gerakkan, seolah menantang dunia bahwa semangat tak pernah bisa dilumpuhkan.

Tongkat disabilitasnya terletak tenang di samping, seakan memahami setiap langkah yang kini berbeda. Di hadapannya, layar gawai dan laptop menyala—menjadi papan catur digital tanpa batas. Dari layar itulah Yeci berlatih, menantang lawan dari berbagai penjuru, dengan jaringan yang mengalir bagai napas tak terlihat, menghubungkannya ke dunia yang lebih luas.

Perjalanan Yeci bukan tanpa luka. Pada 2010 di Lubuklinggau, ia mengalami kecelakaan sepeda motor yang membuat kakinya harus diamputasi. “Dulu sempat sedih, ada yang mengejek, ada juga yang memberi semangat. Itu bagian dari perjuangan,” kenangnya, Jumat (22/8/2025).

Namun, keterpurukan justru menjadi pintu menuju babak baru. Sejak SMP, ia serius menekuni catur hingga akhirnya bergabung dengan National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Kota Lubuklinggau pada 2018. Dari sana, prestasi demi prestasi lahir: emas di Peparpenas Jakarta 2019, tiga perak di Peparnas Papua 2021, hingga tiga emas di Peparnas Solo 2024. Kini, ia menjadi andalan NPCI Sumatera Selatan.

“Dengan internet cepat, saya bisa berlatih kapan saja, di mana saja. Paket data yang saya gunakan sudah cukup untuk belajar, kuliah, dan latihan catur online. Jaringannya stabil meski saya tinggal di salah satu kampung di Lubuklinggau, jadi saya tidak pernah merasa tertinggal,” ujar Yeci penuh semangat.

Orang tuanya, Sarinah, tak kuasa menahan haru. Sejak kecelakaan dulu, keluarga setia mendampinginya. “Kami lihat sendiri bagaimana ia berlatih siang malam, baik di papan catur maupun lewat layar laptop dan handphone. Dukungan kami sederhana: doa, semangat, dan keyakinan bahwa Yeci bisa jadi juara. Sekarang semua itu terbayar dengan prestasi membanggakan,” tuturnya.

(Bangga dan bahagia: Yeci Acsel, peraih medali nasional di Peparpenas, berdiri bersama sang ibu di rumahnya di Bumi Silampari. Dukungan keluarga menjadi kunci semangatnya menembus batas dan berprestasi)

Pelatih Catur Sumsel, Fahmi, menegaskan bahwa digitalisasi membuka ruang latihan tanpa batas. Dari Lubuklinggau, Yeci bisa mengikuti simulasi, berdiskusi strategi, bahkan bertanding secara virtual. “Prestasinya di tingkat provinsi sudah tak terhitung sebelum ia menembus panggung nasional. Dengan bimbingan yang tepat, ia bahkan berpotensi melangkah ke level internasional,” ujarnya.

Di era digital, teknologi menjadi jembatan kesetaraan. Jaringan Telkomsel yang sudah menjangkau hingga pelosok, bahkan dengan layanan 4G dan 5G, membuat penyandang disabilitas seperti Yeci dapat berlatih, belajar, dan berkompetisi tanpa terhalang jarak.

Kominfo Sumsel menegaskan bahwa transformasi digital bukan hanya soal koneksi, melainkan juga soal membuka ruang kesetaraan. “Digitalisasi memberi akses yang sama bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Dengan jaringan yang kuat hingga pelosok, mereka bisa menunjukkan potensi terbaiknya dan bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Kisah Yeci adalah bukti bahwa teknologi, bila dimanfaatkan tepat, dapat menyalakan semangat Indonesia dari daerah terpencil sekalipun,” ungkap Kepala Seksi PMIP Kominfo Sumsel, Azim Baidillah, SH., MM.

Sementara itu, Ketua NPCI Sumsel, Rian Yohwari, menegaskan bahwa Yeci adalah bukti nyata semangat pantang menyerah atlet disabilitas. “Dengan dukungan organisasi, teknologi, dan kerja keras, prestasi bisa diraih. NPCI terus memfasilitasi pelatihan dan kompetisi agar atlet Sumsel bisa bersaing di tingkat nasional maupun internasional,” katanya.

(Digitalisasi yang memberdayakan: Yeci Acsel menunjukkan layar handphone yang menandai 30 Tahun Telkomsel Menyalakan Indonesia, simbol koneksi yang memudahkan latihan dan kompetisi dari kampungnya)

Dari Lubuklinggau yang jauh dari gemerlap ibu kota, Yeci membuktikan bahwa semangat tidak mengenal jarak. Lewat papan catur digital, ia menembus batas ruang dan waktu, menyalakan cahaya harapan dari sebuah kota kecil hingga panggung nasional.

Setiap langkah bidaknya bukan sekadar strategi, melainkan doa yang ia titipkan untuk negeri. Pion kecil yang melangkah pelan, benteng yang teguh menjaga, kuda yang lincah melompat, dan ratu yang berani menyerang—semua menjadi simbol perjuangan tanpa menyerah.

Dan dari perjuangan itulah, lahir pesan sederhana namun kuat: keterbatasan bukanlah dinding penghalang, melainkan jendela menuju cahaya. Dengan tekad, cinta keluarga, bimbingan pelatih, serta koneksi yang tak pernah putus dari Telkomsel, Yeci menyalakan semangat Indonesia—dari Lubuklinggau, untuk dunia.

Back to top button