UPGRIP Dapat Hibah BIMA PISN 2025, Tim Dosen Revitalisasi Seni Budaya Jawa di Belitang OKU Timur

SumselMedia.Com, Palembang-
Tim dosen Universitas PGRI Palembang (UPGRIP) melaksanakan program revitalisasi seni budaya Jawa di Sanggar Karawitan Mudo Raharjo, Desa Margotani II, Kecamatan Madang Suku II, Kabupaten OKU Timur, setelah mendapatkan Hibah BIMA Kemdiktisaintek Skema Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025. Program ini digagas untuk mengatasi menurunnya keberlanjutan seni tradisional Jawa di kawasan transmigrasi Belitang yang kini telah memasuki generasi ketiga.
Ketua Tim, Deria Sepdwiko, S.Sn., M.Sn., menyampaikan bahwa wilayah transmigrasi menghadapi tantangan serius dalam pelestarian budaya akibat fokus masyarakat pada sektor ekonomi dan kurangnya pewarisan nilai seni kepada generasi muda. “Kami melihat secara langsung bagaimana seni karawitan, ketoprak, sampai wayang di Belitang kini hampir tidak lagi dimainkan. Regenerasi tidak berjalan, dan sanggar hanya bertumpu pada para sesepuh. Ini kondisi yang harus segera diintervensi,” ujarnya.
Deria menjelaskan bahwa Sanggar Karawitan Mudo Raharjo merupakan kelompok seni yang dibangun oleh transmigran generasi pertama pada tahun 1980-an. Sanggar ini dahulu aktif menampilkan gamelan, ketoprak, wayang, dan tari ke berbagai desa. Namun saat ini kegiatan hanya tersisa latihan karawitan dan nyinden satu kali sebulan, itupun dimainkan oleh warga lanjut usia. “Alat gamelan mereka sudah puluhan tahun tidak pernah diganti. Ada gong yang berkarat dan ditambal las. Kondisi ini tentu sangat jauh dari standar pertunjukan yang baik,” katanya.

Menurut tim, penurunan aktivitas seni juga didorong oleh minimnya minat generasi muda. Para penggiat sanggar saat ini berjumlah 16 orang dengan mayoritas berusia di atas 50 tahun dan berlatar belakang pendidikan dasar. Sementara itu, bangunan sanggar masih berupa dinding papan dengan lantai tanah. “Padahal berdasarkan data Disnakertrans, lebih dari 60 persen penduduk OKU Timur adalah keturunan transmigran Jawa. Potensi pasarnya besar, tetapi belum tergarap karena seni tidak lagi dianggap menarik oleh anak muda,” tambah Deria.
Program PISN yang dijalankan UPGRIP fokus pada penguatan kapasitas kelompok seni, pendampingan regenerasi, hingga pengembangan inovasi pertunjukan tradisional. Langkah ini sejalan dengan tujuan PISN untuk meningkatkan nilai sosial budaya di masyarakat serta memperkuat kelompok seni daerah agar tetap berkelanjutan. “Harapan kami, sanggar ini tidak hanya hidup kembali, tetapi juga menjadi pusat seni budaya Jawa di kawasan transmigrasi,” tutur Deria.

Pelaksanaan program telah melalui monitoring dan evaluasi oleh reviewer eksternal, Dr. Ir. Eka Sri Yusmartini, M.T., dari Universitas Muhammadiyah Palembang, untuk memastikan kegiatan berjalan sesuai prosedur hibah. “Kami melihat komitmen masyarakat Margotani sangat kuat. Dengan intervensi yang tepat, seni budaya Jawa di sini sangat mungkin bangkit kembali,” kata Eka saat kunjungan monev.
Dengan revitalisasi ini, UPGRIP menargetkan munculnya kembali pertunjukan-pertunjukan seni Jawa yang pernah jaya di Belitang, sekaligus menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap warisan leluhur yang selama ini nyaris padam.


