PGRI

............

Opini

Opini: Pentingnya Sex Education pada Anak dari Bangku Sekolah Dasar

 

Oleh: Nadia Lubis (PGSD Unsri)

Kekerasan seksual masih sering terjadi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat pada awal tahun 2023 sampai 18 Februari 2023 terdapat 10 kasus kekerasan seksual pada anak di satuan pendidikan. Diantara 10 kasus tersebut, 9 kasus dilakukan secara luring dan 1 kasus dilakukan secara daring.

Kekerasan seksual secara online dilakukan dengan modus mengirimkan video porno di grup WhatsApp. Selain itu pelaku melakukan video call pribadi dengan meminta korban melepas pakaiannya. Kasus kekerasan seksual pada awal tahun 2023 ini telah memakan 36 korban siswa SD.

Adapun 22 dari 36 siswa merupakan teman satu sekolah. Rata-rata korban berusia 12 tahun dan dikenal pelaku melalui akun facebook. Kasus kekerasan seksual ini terjadi di lima provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.

Beranjak dari kekerasan seksual, kasus pergaulan bebas pun masih marak terjadi. Beberapa waktu lalu viral di media sosial seorang siswa yang masih duduk di bangku kelas 6 SD sedang mengalami kehamilan. Hal ini terjadi di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Dilansir dari akun tiktok dr. Amira, SpOG terdapat video siswa SD yang sedang terbaring dan diperiksa oleh dokter. Terlihat perut siswa tersebut telah membesar.

“Bu, ini anaknya sekarang berumur 12 tahun. Umur 12 tahun hamil pertama, yang jelas sangatlah beresiko. Jadi Ibu punya anak ini harus diawasi ketat. Karena ketika kehamilan seorang perempuan dibawah 20 tahun itu masih beresiko tinggi. Jadi kalau beresiko tinggi, lahirnya akan penuh dengan komplikasi,” menurilut penjelasan dr. Amira SpOG dalam video tersebut, Sabtu (28/1/2023).

Berdasarkan kasus-kasus yang telah dijelaskan sungguh sangat menyedihkan, terutama bagi orang tua. Siswa sekolah dasar yang masih sangat muda seharusnya menghabiskan waktu untuk bermain dan belajar. Namun kenyataannya mereka, generasi penerus bangsa harus mengalami kekerasan seksual dan pergaulan bebas. Banyak sekali dampak yang akan ditimbulkan kedepannya.

Anak yang mengalami kekerasan seksual akan mengalami gangguan secara psikis dalam dirinya. Sedangkan anak yang mengalami pergaulan bebas dan sampai hamil diluar nikah akan sangat beresiko terhadap tingginya angka kemiskinan, perceraian, dan stanting pada anak.

Salah satu faktor kekerasan seksual dan pergaulan bebas terjadi karena kurangnya wawasan anak terhadap sex education. Karena anak akan mengeksplorasi segala sesuatu tanpa tahu apa yang terjadi kedepannya. Sex education adalah pengetahuan tentang seksual pada anak seperti organ reproduksi, mana yang boleh disentuh dan tidak, serta mengetahui konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya. Namun, di Indonesia sex education masih menjadi hal yang tabu untuk diterapkan. Banyak orang yang menganggap bahwa sex education belajar tentang bagaimana berhubungan seksual, padahal tidak demikian.

Dilansir dari IDNTimes Lampung, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan sebaiknya pendidikan seks memang sudah harus diberikan pada anak usia sekolah.

“Sayangnya di kita (Indonesia-red) ini pendidikan seks dianggap tabu. Padahal sex education itu bukan belajar hubungan seks, tetapi tentang male (laki-laki) dan female (perempuan),” katanya ketika melakukan kunjungan ke Kota Bandar Lampung, Senin (6/2/2023).

Banyak sekali manfaat dari sex education untuk anak. Anak dapat menjaga dirinya dengan menggunakan pakaian yang tertutup dan mengetahui batas interaksi dengan lawan jenis. Selain itu anak dapat melindungi dirinya ketika ada orang yang mau melakukan kekerasan seksual. Anak juga mengetahui apa yang akan dia alami jika dia melakukan pergaulan bebas sehingga anak akan lebih berhati-hati.

Dalam penerapan sex education ini peran orang tua dan guru sangat diperlukan. Orang tua dapat menjadi teman terdekat anak untuk menyampaikan tentang sex education. Seperti ketika anak pubertas tentunya akan mengalami berbagai macam perubahan pada diri anak. Ketika anak pertama kali menstruasi, dia tentu akan terkejut dengan apa yang terjadi.

Disinilah peran orang tua untuk menyampaikan sex education. Karena dikhawatirkan ketika anak memilih bercerita dengan temannya informasi yang diterima tidaklah sesuai dan malah dibelokkan kearah yang tidak benar.
Tidak hanya orang tua, guru sebagai pendidik tentunya memiliki peran yang penting juga dalam sex education pada anak. Guru dapat menyampaikan sex education ini melalui muatan pembelajaran IPA. Pada jenjang sekolah dasar guru sudah bisa menguatkan materi sistem reproduksi pada anak. Jika anak sudah dibekali ilmu sex education sejak dini maka mereka akan lebih dapat menjaga dirinya.

Kekerasan seksual dan pergaulan bebas adalah kasus yang sangat miris. Apalagi jika korban merupakan anak yang masih duduk dibangku sekolah. Berangkat dari banyaknya kasus, sex education pada anak adalah hal yang sangat penting. Sex education ini dapat diberikan kepada anak dari sejak duduk di bangku sekolah dasar. Orang tua dan guru memiliki peran yang penting dalam penerapan sex education ini.

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button